Keju
dan Penicillium
Penicillium roqueforti dan penicillium camemberti pada pembuatan keju
Keju adalah salah satu jenis produk fermentasi susu yang
sering terkontaminasi oleh yeast sebagai mikroflora sekunder
(secondary microflora) dan telah diteliti memberikan kontribusi yang signifikan
pada proses pematangan keju (WYDER et al.,1999). Keju ditemukan pertama
kali di Timur Tengah oleh seorang pengembara dari Arab. Pengembara tersebut melakukan
perjalanan di padang gurun mengendarai kuda dengan membawa susu di pelananya.
Setelah beberapa lama, susu tersebut telah berubah menjadi air yang pucat dan
gumpalan-dumpalan putih. karena pelana penyimpan susu terbuat dari perut
binatang (sapi, kambing, ataupun domba) yang mengandung rennet,maka kombinasi
dari rennet, cuaca yang panas dan guncangan-guncangan ketika mengendarai kuda
telah mengubah susu menjadi keju, dan setelah itu orang-orang mulai menggunakan
enzim dari perut binatang untuk membuat keju (Inalda, 2010).
Di
abad ke 19,Ferdinand Cohn menjadi orang pertama yang menemukan bahwa proses
pematangan keju diarahkan oleh mikroorganisme. Setelah itu, semakin banyak pula
riset yang dilakukan berhubungan dengan keju dan proses pembuatannya. Dengan
berkembangnya pengetahuan tentang keju baik dari segi biologis maupun kimiawi,
proses pembuatan keju pun menjadi umum di masyarakat. Hasilnya,
perusahaan-perusahaan baik yang berskala kecil maupun yang besar berlomba-lomba
memproduksi keju mereka sendiri.
Keju diproduksi menggunakan metode pengawetan susu yang
telah sering dilakukan sejak zaman Yunani dan Romawi Kuno. Keju dibuat dari air
susu yang diasamkan dengan memanfaatkan bakteri asam laktat. Adapun proses
pembuatan keju sebagai berikut. Susu dipanaskan pada suhu tertentu selama
beberapa waktu untuk membunuh bakteri berbahaya (proses pasteurisasi).
Setelah itu, dimasukkan bakteri asam laktat, misal
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus, untuk mengubah gula
susu (laktosa) menjadi asam susu (asam laktat). Setelah itu, ditambahkan
campuran enzim dengan kandungan utama kimosin (renin) untuk menggumpalkan susu
sehingga terbentuk dadih susu. Bagian yang cair (whey) dipisahkan. Bagian yang
padat (dadih) diperas dan dipadatkan.
Selanjutnya, dadih diberi garam dan dibiarkan agar terjadi
pematangan. Keju digolongkan berdasarkan kepadatannya. Kepadatan keju
dipengaruhi oleh kelembapan. Makin kecil kelembapannya, makin besar kemampatan
keju sehingga keju semakin keras. Kepadatan keju ini juga dipengaruhi oleh
mikrobia yang digunakan untuk fermentasi. Penicillium roqueforti digunakan
untuk keju setengah lunak, dan Penicillium camemberti untuk keju lunak.
Enzim dari mikrobia ini akan mencerna protein dan lemak dadih menjadi asam
amino dan asam lemak serta menambah aroma dan cita rasa.
Penicillium adalah anggota Ascomycota. Nama Penicillium
berasal dari kata Latin yang memiliki arti “kuas” sebab bentuk dari jamur
Penicillium seperti kuas jika dilihat secara mikroskopik.
Penicillium
camemberti adalah spesies cendawan yang digunakan dalam produksi Camembert dan
brie keju. keju-keju jenis ini memiliki lapisan kulit yang berbulu akibat
ditumbuhi jamur dan menyebabkan warnayanya menjadi kekuning-kuningan. sedangkan
Penicillium requeforti adalah spesies cendawan yang berguna dalam produksi keju
jenis Roquefort dan Stilton. cendawan ini menyebabkan adanya urat-urat biru
yang tampak pada keju dan membuat permukaan keju menjadi licin (Inalda, 2010).
Peranan
Penicillium roqueforti dan Penicillium camemberti dalam pembuatan keju adalah
sebagai pembentuk warna keju, memberi ciri rasa dan mengharumkannya dengan cara
merombak kasein pada bahan keju menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim
peptidase yang dihasilkan oleh kedua cendawan tersebut dan dipengaruhi oleh
kandungan garam dan air dalam keju. Warna keju sebenarnya berasal dari spora
(konidia) dari jamur. Spora tersebut disuntikkan ke dalam keju dadih selama
fermentasi.
No comments:
Post a Comment