Friday, December 8, 2017

PPT Watch ( Jam Tangan )

PPT Watch ( Jam Digital )

Aplikasi Integral dalam Menghitung Banyak Polutan yang Masuk ke dalam Ekosistem

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2  Rumusan masalah ............................................................................................... 1
1.3  Batasan masalah .................................................................................................. 1
1.4  Tujuan ................................................................................................................. 2
1.5  Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Integral ................................................................................................. 3
2.2 Integral Tentu .................................................................................................... 3
2.3 Aplikasi Integral dalam Biologi ........................................................................ 4
2.4 Polutan dan Ekosistem ...................................................................................... 4
2.5 Aplikasi Integral dalam Menghitung Polutan ................................................... 5
BAB III PENUTUP
            3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 7



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Integral merupakan invers atau kebalikan dari diferensial. Integral memiliki banyak kegunaan dalam berbagai bidang, misalnya bidang ekonomi, astronomi, permodelan dalam ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu kimia. Prinsip-prinsip integral diformulasikan oleh Isaac Newton dan Gottfried Leibniz pada abad 17 dengan memanfaatkan hubungan erat yang ada antara anti turunan dan integral tentu, yaitu suatu hubungan yang memungkinkan kita untuk menghitung secara mudah nilai yang sebenarnya dari banyak integral tentu tanpa perlu memakai jumlah Riemann.
Pada dasarnya integral terbagi atas dua macam, yaitu integral tentu dan integral tak tentu. Integral tentu adalah suatu integral yang dibatasi oleh suatu nilai tertentu yang biasa disebut sebagai batas atas dan batas bawah. Integral ini biasanya digunakan untuk mencari luas suatu area maupun volume suatu benda putar.
Namun dalam kenyataannya konsep integral bisa diaplikasikan dalam berbagai bidang termasuk ilmu biologi antara lain : mengukur volume darah yang mengalir dalam pembuluh darah, mengubah energy menjadi gerak otot, mengukur banyak polutan yang memasuki ekosistem dan lain sebagainya. Dalam makalah ini saya lebih menspesifikkan perhitungan integral untuk mengukur banyak polutan yang memasuki ekosistem.
Jumlah Polutan ini sudah cukup mengkhawatirkan bagi ekosistem di lingkungan kita. Bukan hanya di Negara kita, di berbagai Negara pun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh polutan tersebut sudah begitu tinggi. Penggunaan bahan-bahan kimia, limbah tekstil, asap kendaraan, dan sampah-sampah plastik yang tidak dapat terurai oleh tanah menjadi penyebab semakin tidak seimbangnya lingkungan. Oleh karena itu aplikasi perhitungan jumlah polutan yang masuk dalam ekosistem ini dengan menerapkan konsep integral tentu merupakan langkah awal untuk mengetahui seberapa banyak dampak polutan yang dihasilkan oleh salah satu pabrik. Sehingga mampu meminimalisir kerusakan lingkungan yang akan terjadi.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu, bagaimana konsep Integral Tentu jika diaplikasikan ke dalam bidang biologi khususnya untuk menghitung banyak polutan yang memasuki ekositem.

1.3 Batasan Masalah
Dalam makalah ini saya lebih menspesifikkan perhitungan integral untuk mengukur banyak polutan yang memasuki ekosistem.

1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan penjelasan konsep integral tentu yang diaplikasikan ke dalam ilmu biologi khususnya untuk mengukur banyak polutan yang memasuki ekosistem.

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa mengetahui konsep integral tentu dapat diaplikasikan ke berbagai bidang salah satunya bidang Biologi.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Integral
Georg Friedrich Bernhard Riemann (1826 – 1866) merupakan seorang matematikawan yang pada kala itu merupakan mahasiswa dari salah satu universitas Gottingen yang merupakan pusat matematikawan dunia. Riemann-lah yang memberi kita definisi modern tentang integral tentu, yaitu tentang jumlah Riemann sebagai jumlah luas siku empat.
Konsep dasar integral berbatas (integral tentu) atau integral Riemann sesungguhnya telah diperkenalkan oleh Archimedes dalam abad ketiga sebelum Masehi dalam usahanya menghitung luas daerah bidang datar yang dibatasi oleh kurva-kurva kontinu. Namun, pada abad ke-17 Newton dan Liebniz menemukan teorema yang dalam banyak hal mampu menghitung integral tertentu dengan lebih ringkas tanpa melalui pelimitan jumlah Riemann. Teorema ini diberi nama Teorema Dasar Kalkulus (TDK) dan berfungsi sebagai jembatan antara kalkulus diferensial dan kalkulus integral.

2.2 Integral Tentu
            Integral merupakan invers atau kebalikan dari diferensial. Pada dasarnya integral terbagi atas dua macam, yaitu integral tentu dan integral tak tentu. Integral tentu adalah suatu integral yang dibatasi oleh suatu nilai tertentu yang biasa disebut sebagai batas atas dan batas bawah. Integral ini biasanya digunakan untuk mencari luas suatu area. Bentuk umum dari integral tentu adalah :
Integral tentu terbagi atas dua macam, yaitu integral tentu sebagai limit jumlah Riemann dan integral berdasarkan teorema dasar kalkulus.
Integral tentu dapat digunakan untuk mendefinisikan dan menghitung panjang, luas, volume yang memuat juga konsep volume benda putar, usaha/kerja, momen dan pusat massa. Untuk menyelesaikan persoalan pada konsep integral tentu maka muncul teknik pengintegralan yang bersifat integral parsial dan dengan menggunakan aturan rantai maka muncul aturan substitusi yang mencakup juga substitusi trigonometri.
            Pendiferensialan integral tentu menurut Newton dan Leibniz yang dikemukakan dalam
Teorema A :

Teorema B :

2.3 Aplikasi Integral dalam Biologi
Integral tentu dapat digunakan untuk menghitung luas. Ini tidak mengherankan oleh karena integral tersebut memang diciptakan untuk keperluan tersebut. Akan tetapi integral tersebut dapat digunakan untuk banyak persoalan lainnya. Hampir tiap besaran yang dapat dianggap sebagai hasil pemotongan sesuatu menjadi bagian-bagian lebih kecil, aproksimasi tiap bagian, penjumlahan dan pengambilan limit apabila tiap bagian mengecil, dapat diartikan sebagai suatu integral.
Sejauh ini belum banyak contoh penggunaan integral tentu di bidang Biologi yang dapat dibahas. Hal ini, mungkin karena jenis fungsi yang banyak digunakan di bidang biologi masih sedikit dibicarakan.

2.4 Polutan dalam Ekosistem
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,zat energi,dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. (Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 1982)
Zat atau bahan yang menyebabkan polusi disebut dengan polutan. Suatu zat yang disebut sebagai polutan, apabila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Kategori suatu zat disebut polutan apabila jumlahnya melebihi keadaan normal, berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Polutan dapat bersifat merusak sementara dan merusak dalam jangka waktu panjang.
Jenis polusi yang banyak dirasakan saat ini, salah satunya polusi udara. Polutan yang menyebabkan polusi udara ini terbagi menjadi polutan primer dan polutan sekunder. Polutan primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber polusi udara. Contohnya, karbon monoksida yang langsung dihasilkan dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Contohnya, pembentukan ozon dalam smog fotokimia.
Adanya polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem), dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem.
Berdasarkan Polutan (Bahan Pencemar),polusi dapat dikelompokkan menjadi polusi karena bahan fisik, kimia, dan biologi.
a.       Polusi karena Bahan Fisik
Polusi ini disebabkan bahan pencemar fisik berupa bahan-bahan yang sukar hancur, seperti alumunium, fisik, kaca, dan karet sintetis.
b.      Polusi karena Bahan kimia
Polusi ini disebabkan bahan pencemar kimia, seperti zat radoaktif, logam (Hg,Pb, As, Cr dan Cd), detergen, minyak, pupuk organik, dan pestisida.
c.       Polusi karena Bahan Biologi
Polusi ini disebabkan pencemar biologi berupa mikroorganisme, misalnya salmonella thyposa, Escherichia coli, dan Entamoeba coli.

2.5 Aplikasi Integral dalam Menghitung Polutan
Banyaknya polutan yang memasuki suatu ekosistem dapat bervariasi menurut waktu tergantung pada berbagai faktor. Misalkan, banyaknya limbah suatu pabrik yang dialirkan ke Danau pembuangan dapat bertambah jika produksi pabrik meningkat atau alat penyaring limbah pabrik menjadi tidak efisien.
Berikut merupakan contoh aplikasi integral tentu dengan kasus menghitung jumlah polutan yang masuk ke dalam ekosistem :  
Contoh Kasus :
jika banyaknya limbah yang terkumpul di suatu ekosistem setelah satuan waktu dapat kita misalkan t, maka laju populasi pada ekosistem itu sama dengan  , sehingga banyaknya limbah yang terkumpul di dalam ekosistem dari waktu 𝑡=𝑎 sampai 𝑡=𝑏 menjadi :
Jika suatu pabrik mengganti saringan udara setiap 90 hari dan t hari, setelah penggantian saringan udara banyaknya sulfur dioksida yang terlepas ke udara adalahsatuan berat per hari, maka banyaknya polutan adalah :
Jadi, dimisalkan, maka 10𝑑𝑢=𝑑𝑡 dan 𝑡=0,𝑡=90 . masing-masing 𝑢=0,𝑢=9, sehingga integral menjadi :
Jadi banyak limbah yang terkumpul dalam ekosistem adalah 4500 satuan berat.



BAB III 
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus diatas diperoleh kesimpulan bahwa konsep kalkulus integral, khususnya integral tentu dapat diaplikasikan ke berbagai bidang termasuk biologi. Dengan menggunakan Teorema Dasar Kalkulus konsep integral dapat digunakan untuk menghitung jumlah polutan yang masuk ke dalam ekosistem.





Saturday, March 11, 2017

Resensi Novel "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin - Tere Liye"

ANALISIS RESENSI NOVEL
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Karya :
Tere Liye





IDENTITAS BUKU

1.      Judul Buku                : “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”
2.      Katagori                     : Fiksi
3.      Jenis Buku                 : Novel
4.      Ukuran                       : 20 cm
5.      Jumlah Halaman       : 264 Halaman
6.      Penerbit                      : PT Gramedia Pustaka Utama
7.      Tahun terbit              : 2010



SINOPSIS
Tania menceritakan kisahnya dan mendeskripsikan dirinya sendiri seperti apa serta bagaimana kehidupannya. Sepeninggal ayahnya, mereka tinggal di rumah kardus sampai akhirnya Tania dan Dede bertemu dengan malaikat mereka yaitu Danar di sebuah bus tempat mereka mengamen. Danar begitu baik sehingga keluarga ini menganggapnya seperti malaikat. Tania sangat mengagumi Danar karena selain baik, Danar juga memiliki wajah yang menawan.
Setelah mengenal Danar, kehidupan Tania, Dede, dan ibunya berubah yang awalnya tinggal di rumah kardus, sekarang tinggal di rumah kontrakan yang di biayai oleh Danar. Tania dan Dede bisa melanjutkan sekolah kembali. Danar dan Tania pun semakin dekat seperti keluarga, bahkan Danar pun sering mengajak Tania dan Dede untuk pergi ke toko buku yang terletak di Jalan Margonda Raya, hingga tempat tersebut menjadi favorit bagi mereka, karena disana mereka bisa bertukar cerita, melamun, mengkhayal dan menikmati indahnya malam dari dinding kaca lantai dua toko buku tersebut.
Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin erat. Sampai akhirnya Danar membawa seorang wanita yang bernama Ratna yang membuat Tania menjadi kesal. Semenjak itu, Tania mulai mengenal kata cemburu meskipun usia Tania baru 12 Tahun.
Beberapa bulan kemudian, datanglah satu cobaan besar lagi untuk Tania. Cobaan yang membangun dirinya menjadi pribadi yang lebih kuat. Cobaan tersebut adalah ibunya jatuh sakit dan dokter memvonis bahwa ibunya terkena kanker paru-paru stadium IV. Akhirnya seminggu sebelum usia Tania yang ke-13 tahun, ibunya meninggal dunia. “Bagaikan Daun yang jatuh tak pernah membenci angin”, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja tak melawan dan mengiklaskan semuanya, begitulah semangat yang diberikan Danar kepada Tania.
Setelah sepeninggal ibunya, Tania kecil harus belajar dengan giat agar dapat meraih kesuksesesan dan mampu menaikkan derajat keluarganya. Hingga akhirnya Tania mendapat beasiswa ASEAN scholarship untuk melanjutkan pendidikan junior high school atau SMPnya di Singapura. Tania tumbuh dewasa di Negeri orang.
Hari demi hari terlewati. Tania tumbuh menjadi gadis yang semakin besar dan dewasa. Dia terus belajar dengan giat demi mencapai kesuksesan. Tania harus mengerjakan laporan akhir aktivitas sosial senior high school untuk kelulusannya. Sebagai penerima beasiswa, Tania harus menulis laporan tentang permasalahan negara masing-masing. Dia diberikan tiket pulang pergi ke Jakarta, dan melakukan riset selama dua minggu. Tapi Tania tidak memberitahukan kepulangannya kepada Danar.
Hingga tiba hari kelulusan Tania di senior high school . Dede, Danar, dan Ratna ternyata datang ke sekolah Tania. Di hari itu Tania mendapatkan kabar baik, karena prestasi yang telah diraihnya. Tania di beri kursi kelas terbaik semester depan di NUS. Sayangnya semua kabar itu tertutup begitu saja pada saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Sejak saat itu, Tania memutuskan untuk tidak pulang ke Indonesia, lebih tepatnya untuk tidak menghadiri pernikahan Danar. Tania tidak mau datang karena Tania menganggap Danar mencintainya, namun realitanya Malaikat itu tak pernah mencintainya. Padahal Tania sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik, menuruti semua perkataannya, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.
Pelan-pelan Tania menunjukkan perubahan sifatnya kepada Danar. Tania seolah menghindari Danar dan tidak mau pulang saat pernikahannya. Hal ini lantas membuat lelaki jakun itu gelisah. Lalu Ratna memutuskan untuk pergi ke Singapura membujuk Tania agar bisa pulang dihari pernikahannya. Tetapi usahanya pun sia-sia.
Setelah pernikahan itu terjadi, Tania maupun Danar tidak pernah menghubungi satu sama lain. Agar tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan berlarut dalam kesedihan, Tania selalu aktif bekerja, baik mengikuti organisasi sampai membuka sebuah toko kue.  
Beberapa bulan kemudian, Tania mendapat kesempatan untuk berlibur. Tania memutuskan untuk berpulang kampung secara diam-diam. Meskipun Tania merahasiakan kepulangannya kepada Danar, namun entah kenapa Danar mengetahuinya. Pada saat Tania berziarah ke pemakaman Ibunya, Dede, Danar, Ratna, dan Adi (salah satu teman Tania sejak ASEAN scholarship dulu) juga pergi ke ziarah makam ibu Tania. Pada saat di pemakaman Dede mengatakan “ Ibu pergi bukan karena tidak sayang lagi pada Dede. Ibu pergi untuk mengajarkan sesuatu.” Dia mengerti sekarang bahwa hidup itu harus menerima, mengerti dan memahami. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang.
Setelah menghabiskan waktu liburannya di Indonesia, Tania harus kembali ke Singapura untuk melanjutkan kuliahnya. Akhirnya Tania lulus kuliah sesuai jadwal, dengan nilai yang baik dan saat hari wisuda tiba, dia hanya sendiri tanpa di dampingi Dede, Danar, ataupun Ratna. Saat itu, tiba-tiba Ratna memberitahu Tania lewat chatingan bahwasannya ada keganjilan dari Danar selama enam bulan terakhir ini yang jarang berbincang dengannya, Danar lebih banyak diam dan sering pulang larut malam.
Akhirnya Tania memutuskan untuk pulang ke Indonesia menanyakan secara langsung kepada Danar apa yang sedang terjadi sebenarnya. Namun sebelum Tania bertanya kepada Danar, Dede menceritakan semua yang ia tahu selama ini kepada Tania, bahwa Danar juga memiliki perasaan yang sama seperi Tania. Danar menuliskan perasaannya dalam novel “Cinta Pohon Linden” yang tidak pernah selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak pantas mencintai Tania. Tidak seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti Tania.
Lalu Tania memutuskan untuk menemui Danar di bawah Pohon Linden dan menanyakan perasaan dia kepadanya. Tania memberi tahu Danar tentang perasaan Tania kepadanya. Setelah memberitahukan hal tersebut, mereka sama-sama tahu perasaan masing-masing, namun semua sudah terlambat. Biar bagaimanapun, Danar telah menikah dengan Ratna. Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua cerita cintanya dan tidak akan kembali lagi.



                                        UNSUR INTRINSIK
Unsur intrinsik adalah unsur utama yang membangun cerita dari dalam. Unsur intrinsik meliputi :
A.    Tema        :
Tema ialah ide/ inti persoalan utama dalam novel. Tema berisikan gambaran luas tentang kisah yang akan diangkat sebagai cerita dalam novel. Sedangkan tema dalam novel ini yaitu cinta yang tak harus memiliki, karena novel ini menceitakan tentang seorang anak yang mencintai pria sedangkan pria tersebut sudah memiliki istri. Namun hubungan antara anak dan pria tersebut tetap berjalan dengan baik
B.     Alur :
Alur ialah rangkaian peristiwa dalam cerita dari awal sampai akhir cerita. Alur terdiri dari 3 macam yaitu :
1.      Alur maju : rangkaian peristiwa diutarakan secara urut mulai awal sampai akhir cerita
2.      Alur mundur          : peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh
3.      Alur Campuran : peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.
Sedangkan  alur dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini termasuk alur campuran,karena pada awal cerita alur yang digunakan adalah alur mundur kemudian pada akhir cerita menjadi campuran. Dalam novel ini ceritanya sering mengkisahkan cerita sorot-balik/flash-back.
Cerita dalam novel ini adalah seorang perempuan bernama Tania yang sedang berada di lantai dua toko buku terbesar di kotanya yang akan menemui Danar seorang malaikat yang Tania cinta di rumah kardus tempat selama tiga tahun dulu ia merasakan kehidupan yang miskin dan merasakan kehidupan yang menyesakkan. Sebelum Tania menemui Danar, Tania menceritakan masa lalunya, kisahnya, pengalamannya sendiri, mengapa pada saat itu Tania berada dilantai dua toko buku dan akan menemui Danar. Menceritakan awal kemiskinan dan kehidupan yang menyesakkan, kemudian menceritakan awal pertemuan dengan Danar, menceritakan bagaimana perasaannya tumbuh subur kepada Danar, menceritakan tentang pendidikannya, cinta yang terpendam, dan semuanya kisah masa lalu diceritakannya malam itu sebelum Tania menemui Danar untuk menanyakan tentang semua hal yang tak pernah Tania mengerti
§  Peristiwa/tahap awal (perkenalan)
Peristiwa itu terjadi ketika Tania dan Dede sedang mengamen di atas bus kota. Tiba-tiba  telapak kaki Tania tertusuk paku payung. Kemudian dengan muka yang amat menyenangkan Danar menolong Tania, mencabut paku payung yang menancap pada telapak kakinya dengan penuh kehangatan.  Danar membersihkan darah yang bercucuan dengan ujung sapu tangan yang dikeluarkan dari saku celananya. Ia juga memberikan uang sepuluh ribuan kepada Tania dan Dede menyarankan untuk membeli obat merah.
“Namun, baru setengah jalan. Oh, Ibu, ada paku payung tergeletak di tengah-tengah bus. Aku tak tahu bagaimana paku payung tersebut ada di situ. Bagian tajamnya menghdap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun seketika menghujam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya.” (Hal. 22)
“Jangan ditekan-tekan,” dia menegurku yang justru panik mencet-mencet telapak kaki.” (Hal. 23)
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kototr dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan. Aku terkesima, lebih karena menatap betapa putih dan bersihnya saputangan itu.” (Hal. 23-24)
“Saat kami akan turun, dia memberikan selembar uang sepuluh ribuan, “Untuk beli obat merah.”
Saat pertemuan di bus itulah semua berawal, semua permasalahan kehidupan dan permasalahan hati itu berawal, cerita yang takkan pernah usai. Dengan seorang malaikat penolong keluarga Tania. Perasaan yang tak pernah terungkapkan, perasaan terhadap seseorang dengan usia terlampau jauh 14 tahun. Semua kebaikan dan pertolongan Danar kepada Tania, Dede, dan Ibu membuat Tania merasa kagum terhadap Danar. Seorang pria yang mempunyai hati seperti malaikat itulah yang membuat perasaan Tania dari rasa kagum menjadi cinta. Perasaan itu tumbuh begitu saja.
§  Konflik
Ketika Danar mengajak teman wanitanya, Ratna. Dan memperkenalkan wanita itu kepada Tania, Dede, dan Ibu. Semenjak perkenalan itulah konflik itu perlahan muncul, Tania merasa diabaikan, tersisihkan, karena kehadiran “cewek artis” itu. “siang itu dia mengajak teman wanitanya. Namanya Ratna. Aku memanggilnya “Kak Ratna”, karena teman wanitanya tersebut memnintanya demikian, “Panggil saka Kak Ratna ya, Tania!” (Hal. 39)
“sepanjang kami di Dunia Fantasi, Kak Ratna selalu berdiri di sebelahnya. Berjalan bersisian, bergandengan tangan. Mesra.” (Hal. 39)
“seketika hati kecilku tidak terima. Sakit hati! Bukankah selama ini kalau kami pergi entah ke mana, akulah yang lengannya didenggam? Akulah yang pundaknya dipegang? Akulah yang kepalanya diusap? Itu jelas-jelas posisiku!.” (Hal. 39)
Kemudian musibah lain menimpa mereka, Ibu meninggal dikarena penyakit yang dideritanya. Seketika Tania dan Dede merasa sangat kehilangan. Dulu ayah yang meninggalkan mereka, sekarang Ibu pun meninggalkan mereka. Semua itu sangat menyesakkan, Ibu meninggalkan Tania yang masih berusia tiga belas tahun dan dede yang berusia delapan tahun. Seharusnya pada masa-masa seperti itulah mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua dan juga janji masa depan yang indah. Namun Tania dan Dede mampu melewatinya, mereka tidak pernah membenci takdir Tuhan, sama seperti daun yang tidak membenci angin.
“Aku tak tahu apa maksudnya. Karena sekejap kemudian Ibu sudah jatuh tertidur.” (Hal. 60-61)
“Aku tidak percaya angaka tiga belas membawa sial, takdir, sore itu Ibuku meninggal. Pergi selama-lamanya dari kami.” (Hal. 61)
§  Klimaks
Pada saat graduation day hari kelulusan Tania, tiba-tiba Danar datang dan menyaksikan kelulusan Tania yang dicintainya. Namun Danar tidak sendiri, dia datang bersama Ratna, pacarnya. Kemudian Danar dan Ratna memberitahukan kepada Tania bahwa mereka memutuskan untuk menikah tiga bulan lagi, dan itu membuat Tania kaget dan benar-benar tidak terima atas kenyataan itu.
“Kami akan menikah, Tania!” Dia tersenyum. Kak Ratna mesra memegang tangannya. Ikut tersenyum. Menatap bahagia. Aku tersedak. Buru-buru mengambil gelas air putih di hadapanku” (Hal. 131)
Setelah mendengar kabar yang sangat menyesakkan itu Tania tidak akan pulang, tidak akan datang ke acara pernikahan Danar dan Ratna. Karena Tania sangat membenci pernikahan mereka. Bagaimana bisa Tania menyaksikan seseorang yang sangat dicintainya mengucapkan ijab qobul untuk wanita lain? Dan ketidakpulangan Tania untuk menghadiri acara pernikahan Danar dan Ratna berpengaruh sangat besar. Meski Dede, Danar, dan Ratna selalu membujuk Tania untuk pulang meski hanya sehari saja, Tania tetap tidak akan merubah keputusannya. Tania tidak akan pulang, tepatnya Tania tidak mau menghadiri pernikahan itu.
Urusan pulang atau tidaknya aku menjadi masalah besar. Dua minggu sebelum pernikahan, aku menabuh gendering perang: aku tidak akan pulang. Dia dan Kak Ratna berkali-kalikirim e-mail atau chating bertanya, aku hanya menjawab pendek. Tania sibuk. Maaf tak bisa pulang. (Hal. 140-141)
Selama persiapan menjelang pernikahan Danar dan Ratna Dede selalu mengabari Tania lewat e-mail/chating tentang semua persiapan pernikahan mereka sambil bertanya apakah kakak tercintanya akan pulang atau tidak. Tania tetap pada keputusannya, tidak akan pulang.
Bahkan seminggu sebelum pernikahan itu berlangsung Danar menelpon Tania untuk memastikan Tania untuk pulang menghadiri acara pernikahan dengan wanita yang tidak pernah Danar cintai. Dalam telepon itu pun Danar berusaha keras membujuk Tania untuk pulang sampai terdengar suaranya paruh seperti menahan tangis. Menarik napas dalam-dalam, mengeluh atas keputusan Tania. Namun Danar tetap optimis dan berharap Tania memikirkan kembali dan memutuskan untuk pulang. Sepanjang telpon itu Tania pun sama mendesis menahan tangis, menahan rasa yang tak tertahankan. Berulang kali menyeka air mata, berusaha tak menampakkan kesedihannya lewat suara pada telepon. Kedua insan itu sama-sama menahan rasa yang tak tertahankan, berusaha menahan rasa pertanyaan yang tak pernah terjawabkan.
Pada hari itu, pernikahan pun berlangsung seperti biasanya penikahan. Danar mengucapkan ijab qobul dan Ratna tersenyum bahagia. Meski tanpa kehadiran Tania. Namun ada yang ganjil pada perilaku Danar yang bahkan sangat membuat Dede tak mengerti dengannya.
Rumah tangga Danar dan Ratna pun berjalan dengan baik, mereka tinggal satu rumah, Dede, Danar, dan Ratna. Tania pun mengetahuinya dari Dede, dan Tania pun semakin berkeras kepala untuk tidak pernah pulang. Namun beberapa bulan kemudian Danar dan Ratna memutuskan utnuk mengontrak rumah lagi, membiarkan Dede di rumah sendirian. Dan beberapa bulan kemudian tiba-tiba Ratna menceritakan kalutnya dalam rumah tangga mereka kepada Tania melalui e-mail, Tania benar-benar terkejut atas pengakuan Ratna dan Tania pun bingung entah apa yang harus dia lakukan. Tania benar-benar tidak mengerti kenapa pria sebijaksana dan yang mempunyai hati malaikat bisa melakukan hal seperti itu, membuat istrinya menangis, selalu pulang larut malam, dan berperilaku tidak selayaknya kepada soerang istri, Ratna. Dan Ratna akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya membiarkan Danar sendirian untuk sementara. Semua e-mail yang Ratna kirimkan kepada Tania, semuanya terasa begitu menyesakkan bagi Tania. Timbul beberapa pertanyaan, mengapa, mengapa, dan mengapa? Kemudian Tania memutuskan untuk pulang membantu rumah tangga kakak yang dulu pernah dicintainya, Danar. Setidaknya Tania mengetahui apa yang terjadi pada rumah tangga kakaknya, malaikat yang telah merubah kehidupannya, yang selalu menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Tania pun tiba di kota yang sangat memberikan kesan kepadanya. Akhirnya Tania pun begegas untuk segera menemui Danar di tempat rumah kardusnya dulu, dan menemukan Danar terpekur di bawah pohon linden. Dan mereka pun saling mengungkapkan perasaannya, namun yang lebih tepat Tanialah yang mengutarakan semua tentang perasaan mereka. Semuanya benar-benar di luar kendali, Tania menangis mendesah tak tertahankan sedangkan Danar hanya diam dan mengelak. Nada bicara Tania pun semakin menjadi, setelah sekian lama ia memendam rasa yang menguap di dasar hati, kini Tania mengungkapkannya tepat di depan rumah kardus tempat dulu ia miskin merasakan getirnya kehidupan, di bawah pohon linden saksi atas semua saksi. Bertanya, mengungkapkan, dan meminta pertanggung jawaban atas semua hati yang bersemai di dalam hatinya, perasaan yang terpendam tak bisa saling memiliki, perasaan yang membuat kalut semua kehidupan, perasaan yang membutnya seperti sehelai daun yang luruh ke bumi,sehelai daun yang takkan pernah membenci angin meski terenggut dari tangkai pohonnya.
“Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Besemai satu langsung kau injak. Menyeruaksatu langsung kau cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu? Kau malu mengakuina walau sedang sendiri? Bagaimana mungkin kau mencintai gadis kecil ingusan? Pertanyaan itu selalu mengganggumu” (Hal. 250)
“Tetapi mengapa kau tak pernah mengakuinya? Mengapa? Saat sweet seventeen, liontin itu mengatakan segalanya. Tetapi mengapa harus sekarang aku tahu bahwa liontin itu istimewa? Apakah kau terlanjur mengganggapku seperti adik? Kau merasa berdosa mencintai adik sendiri? Atau kau membenci dirimu sendiri karena mencintaiku?” (Hal. 150-151)
Pada saat itu lah konflik itu meninggi, Tania memaparkan semua tentang perhatian, kasih sayang, hadiah liontin, novel karangan Danar, yang semuanya terlihat bahwa Danar pun mencintai Tania. Lagi, Danar hanya diam. Membuat keadaan semakin keruh.
§  Penyelesaian
Ketika Tania tahu bahwa Ratna kini sedang hamil empat bulan, dan memberitahukannya kepada Danar, Tania pun berbesar hati untuk menerima semua itu, Ratna dan bayi yang dikandungnya pasti lebih membutuhkan Danar, Tania memutuskan untuk kembali lagi ke Singapura, mencoba menemukan kehidupan yang lebih baik lagi sesuai nasihat sahabat tebaiknya Anne. Meninggalkan Dede sendiri, meninggalkan pusara Ibu, meninggalkan Ratna dan bayinya, juga meninggalkan Danar. Dan Tania tidak akan pernah kembali lagi ke Indonesia.
“esok lusa mungkin aku akan menemukan pilihan rasional seperti yang pernah dikatkan Anne. Yang pasti itubukan Jhony Chan. Aku tak akan penah kembali lagi. Maafkan aku, Ibu. Aku tak sempat mampirdi pusaramu. Ibu memang tahu segalanya” (Hal. 256)
C.    Latar        :
Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita. Latar dibagi 3 jenis, yaitu :
1.      Latar tempat            : latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi. Contoh : di sekolah, di kota, di ruangan, dll
2.      Latar waktu : kapan cerita itu terjadi. Contoh : pagi, siang,malam, kemarin, dll
3.      Latar suasana : dalam keadaan dimana cerita terjadi. Contoh : sedih, gembira, dingin, damai, sepi dll)
Berikut adalah latar dalam novel ini :
1.      Latar Tempat :
§  Rumah Kardus Tania
Terbukti pada kutipan “dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.” (Hal. 30)
§  Toko buku
Terbukti pada kutipan “Dinding tembok toko buku ini” (Hal. 8)
§  Halte
Terbukti pada kutipan “Sudah empat lagu, bus hampir tiba di tujuan akhirnya” (Hal. 22)
§  Dunia Fantasi (taman bermain)
Terbukti pada kutipan “aku, ibu, dan adikku pergi ke Dunia Fantasi” (Hal. 39)
§  Rumah sakit
Terbukti pada kutipan “menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (Hal. 57)
§  Tempat pemakaman Ibu Tania
Terbukti pada kutipan “Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke pusara ibu.” (Hal. 195)
§  Lingkungan rumah kardus Tania
Terbukti pada kutipan “Aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini.” (Hal. 232)
§  Toko buku favorit Danar
Terbukti pada kutipan “Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya.” (Hal. 104)
§  Kontrakan Danar
Terbukti pada kutipan “Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya.” (Hal. 67)
§  Kelas mendongeng milik Danar
Terbukti pada kutipan “..melainkan karena setiap hari Minggu dia membuka kelas mendongeng di rumahnya..” (Hal. 37)
§  Bandara
Terbukti pada kutipan “Ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi kedatangan luar negeri.” (Hal. 78)
§  Bandara Changi
Terbukti pada kutipan “Pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (Hal. 102)
§  Chinatown
Terbukti pada kutipan “Kami makan malam di Chinatown” (Hal. 98)
§  NUS (National University of Singapore):
Terbukti pada kutipan “Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University of Singapore (NUS)” (Hal. 100)
§  Toko buku terbesar di Singapura:
Terbukti pada kutipan “buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya mengangguk, mengiyakan.” (Hal. 96)
§  Auditorium tempat graduation Tania:
Terbukti pada kutipan “ketika aku keluar dari ruangan auditorium, dia memelukku erat-erat.” (Hal.129)
§  kelas mendongeng yang didirikan Tania:
Terbukti pada kutipan “esok paginya saat hari Minggu, setengah hari dihabiskan di kelas mendongeng. Kami (aku dan Anne) menggunakan salah satu gudang di bangunan flat. Menyingkirkan semua barang yang tidak perlu menyulapnya menjadi kelas mendongeng yang nyaman.” (Hal. 176)
2.      Latar waktu
§  Pagi hari
Terbukti pada kutipan “Besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci.” (Hal. 24)
§  Siang hari
Terbukti pada kutipan “Kami makan siang di kantin mahasiswa.” (Hal. 101)
§  Sore hari
Terbukti pada kutipan “Aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain.” (Hal.38)
§  Malam hari
Terbukti pada kutipan “malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (Hal. 37)
3.      Latar suasana
§  Menyenangkan
Terbukti pada kutipan “Pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah pesta terbaik selama ini)” (Hal. 95)
§  Menyedihkan
Terbukti pada kutipan Terbukti pada kutipan “Kak.. kenapa Ibu dibungkus?” aku hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan ia belum mengerti benar tentang kata “kematian”” (Hal. 62)
§  Mengharukan
Terbukti pada kutipan “Tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu.” (Hal. 130)
§  Mengagetkan
Terbukti pada kutipan “Mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan.” (Hal. 131)
D.    Tokoh
Tokoh ialah individu rekaan pada sebuah cerita sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh dibedakan menjadi 3 :
1.       Tokoh protagonist : tokoh yang memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, serta memiliki watak yang baik.
2.      Tokoh antagonis         : tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta memilki watak yang jelek.
3.      Tokoh tritagonis : tokoh pembantu/penengah dalam cerita baik untuk tokoh protagonis dan antagonis.
Sedangkan dalam novel ini tidak terdapat tokoh antagonis, tokoh yang digambarkan di dalam novel ini merupakan tokoh protagonis dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis tersebut yaitu :
·         Tania
·         Danar
·         Dede
·         Ibu
·         Ratna
·         Miranti
·         Adi
·         Jhony Chan
Sedangkan tokoh tritagonis dalam novel ini yaitu :
·         Anne
·         Ibu-ibu gendut
·         Penjaga toko
E.     Penokohan           :
Penokohan ialah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh tersebut. Penokohan dapat digambarkan melalui teknik analitik dan teknik dramatik. Teknik analitik yaitu cara pengarang menggambarkan tokoh-tokohnya secara langsung. Teknik dramatik yaitu cara pengarang menggambarkan tokoh-tokohnya dengan tidak langsung.
Sedangkan penokohan dalam novel ini ialah penokohan dengan teknik dramatik yang disampaikan melalui pikiran tokoh, percakapan tokoh atau tingkah laku tokoh.
Berikut adalah karakteristik tokoh dalam novel ini.
1.      Tania
§  Rajin
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Aku dan Dede harus kembali “bekerja”, meskipun dengan kaki pincang” (Hal.24)
“lantas dengan penerangan lampu teplok yang kerlap-kerlip ditiup angin, aku belajar. Belajar hingga larut malam” (Hal. 33)
§  Pintar
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“saat kenaikan kelas, guru-guru di sekolah memutuskan untuk langsung menaikkanku ke kelas enam. Loncat setahun.  Kata mereka, aku “terlalu pintar” (Hal. 43)
“Aku lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolah. Nomor satu untuk dua puluh dua penerima ASEAN Scholarship seluruh Negara. Hasil yang hamper sempurna. Janji yang selalu kupegang. Aku akan belajar sebaik mungkin” (Hal. 77)
§  Tegar
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“bagian inilah yang tak pernah aku diskusikan di internet. Perasaanku. Maka selama tiga thaun itu, aku memendam semuanya dalam-dalam” (Hal.78)
§  Egois dan keras kepala
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“dua minggu sebelum pernikahan, aku menabuh genderang perang: aku tidak akan pulang. Dia dan Kak Ratna berkali-kalikirim e-mail atau chatting bertanya, aku hanya menjawab pendek. Tania sibuk. Maaf tidak bisa pulang” (Hal. 140-141)
“Adi yang tahu aku akan pulang ke Jakarta, memutuskan ikut pulang bersama. Aku happy-happysaja ditemani pulang. Aku bahkan sengaja membawa lebih banyak koper saat tahu Adi akan ikut” (Hal. 186)
§  Konsisten dan mempunyai prinsip
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Semakin sadis. Menambah semakin banyak daftar korban yang berhasil kuhina. Termasuk cowok-cowok ganjen Singapura dengan tampang Indo-Melayu yang coba-coba naksir aku. Rasialis? Peduli amat” (Hal. 182)
§  Pecemburu
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
Aku menghela napas. Benci sekali dengan pembicaraan itu. Menatap Ibu sirik. Kenapa sih Ibu akrab dengan Kak Ratna? (Hal. 41)
2.      Danar
§  Baik dan ringan tangan
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan” (Hal. 24)
Dia rajin seminggu dua kali singgah sebentar di kontrakan baru. Membawakan makanan, buku-buku untukku, dan  permainan buat adikku (Hal. 35)
§  Perhatian
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Kamu seharusnya pakai sandal” (Hal. 24)
§  Tegar
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“dia yatim-piatu sejak bayi (siapa orangtuanya pun tak ada yang tahu). Berjuang di jalanan untuk meneruskan hidup, sama seperti kamu dulu; mungkin lebih menyakitkan karena tidak ada yang berbaik hati membantunya. Setapak demi setapak menancapkan jejak kehidupan. Akhirnya tiba pada jalan baik tersebut. Sendirian. Aku tahu betapa sulitnya dia harus bersekolah sambil bekerja” (Hal. 148)
§  Sopan
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“dia selalu mencium tangan Ibu. Amat hormat pada Ibu” (Hal. 36)
§  Penyayang/social/peduli
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
 “setiap Minggu dia membuka kelas mendongeng di rumahnya, di ruangan depan yang dipenuhi jejeran lemari. Lemari itu penuh buku” (Hal. 37)
§  Dewasa 
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
Dia menahan napasnya. Mencoba mengendalikan emosinya (Hal. 56)
3.      Dede
§  Polos dan lucu
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“semenjak itulah aku tahu namanya: Danar Danar. Nama yang aneh, itu komentar Dede. “Nama Oom kok bias dobel begitu?”
§  Humoris
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Cantik apanya? Rambut panjang. Kuku panjang. Untung Kak Tania nggak punya lubang di belakang” Dede tertawa senang” (Hal. 45)
§  Amanat/pandai menyimpan rahasia
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
Dari siapa?” aku bertanya penasaran kepada Dede. Menyelidik. Adikku pasti tahu semuanya. (Hal. 102)
§  Pintar
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Dede juga sudah bisa menghafal semua abjad. Bayangkan, hanya dalam waktu satu hari. Hari pertamanya sekolah. Aku bergumam, bagaimana mungkin adikku tidak hafal, kalau sepanjang jalan mengamen tadi dia selalu berdengung seperti lebah menyebutkan satu per satu huruf-huruf tersebut sambil menabuh kencrengan” (Hal. 34)
4.      Ibu
§  Tekun
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu laundry mahasiswa (Hal 34-35)
§  Perhatian
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Ibu sibuk mengingatkanku untuk beranjak tidur. Aku menjawabnya singakat belum mengantuk. Setengah jam sekali Ibu menyuruh tidur” (Hal. 34)
§  Rendah hati
“Nak Danar, rasanya Ibu sulit membayangkan Tania bisa bersekolah di sana. Di luar negeri. Bersekolah lagi saja sudah syukur” (Hal. 66)
5.      Ratna
§  Ramah
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
”Kenapa kalian tidak mengajak Ibu, Kak Ratna, dan Kak Danar naik Bianglala?” Kak Ratna bertanya sambil tersenyum (Hal. 42)
§  Sabar
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
Aku meneriaki Kak Ratna keras sekali. Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca matanya (Hal. 56)
§  Perhatian/ringan tangan
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Kak Ratna pagi-pagi datang mengantarkan pakaian ganti. Menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit. Kak Ratna bahkan sibuk membantu Dede berganti pakaian” (Hal. 57)
6.      Miranti
§  Ringan tangan
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Miranti yang dulu membantu Ibu membesarkan usaha kue. Aku tersenyum senang. Ibu juga pasti senang mendengar kabar ini di surga” (Hal. 99)
§  Tidak Sombong
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Miranti baik sekali memutuskan untuk tetap menggunakan nama Ibu di sana “WH Bakery”, meskipun 100% kepemilikan toko tersebut sudah ditangannya. Miranti bahkan masih menyisihkan sebagian besar uang untuk Dede” (Hal. 183)
7.      Anne
§  Sahabat yang baik
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Anne tahu seluruh ceritanya. Aku memang dekat dengannya. Anne satu-satunya sahabatku di Singapura. Sahabat yang baik”
§  Setia kawan
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Anne juga sedang di sana (Anne selalu menemaniku di hari-hari buruk itu; dia memang teman yang bisa diandalkan” (Hal. 147)
8.      Adi
§  Sabar
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Adi juga bersabar untuk tidak terlalu melangkah jauh. Bersabar menunggu. Bersabar dengan semua proses” (Hal. 186)
§  Berani
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Ketahuilah, Tania, aku bisa mengehentikan hujan ini… Tetapi itu hanya bisa kulakukan jika aku tidak sedang dengan seseorang yang kucintai…. Dan mala mini aku sepertinya tidak bisa menghentikannya….” Adi serius menatapku” (Hal. 14)
9.      Jhony Chan
§  Pantang menyerah
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Si Jhony Chan itu juga semakin menyebalkan. Dia beberapa kali terang-terangan mengajakku jalan bareng” (Hal. 108)
10.  Ibu-ibu gendut (Mrs. G)
§  Tegas
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Ibu-ibu gendut, orangnya jauh dari asyik. Terlalu banyak mengatur. Spk disiplin dan pecinta aturan” (Hal. 72)
11.  Penjaga toko buku
§  Ramah
Hal tersebut terbukti pada kutipan :
“Karyawan cowok yang tadi menegurku di lantai dua berdiri menunggu angkutan umum” (Hal. 161)
F.     Sudut Pandang    :
Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.
Sudut pandang dibedakan atas :
1.      Sudut pandang orang pertama : pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya (aku, saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita)
2.      Sudut pandang orang ketiga : pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)
Sedangkan dalam novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama,karena di dalam cerita novel tersebut, pengarang memakai kata aku.
G.      Gaya Bahasa       :
Gaya bahasa adalah cara bagaimana pengarang cerita mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa-bahasa yang khas dalam uraian ceritanya sehingga dapat menimbulkan kesan tertentu.
Sedangkan dalam novel ini, macam-macam gaya bahasa tersebut adalah
§  Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan.
Dalam novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut :
“Demi untuk membaca e-mail yang berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan untuk pulang segera ke Jakarta” (Hal. 230)
§  Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang memiliki kata yang bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Dalam novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut :
“Bagian tajamnya menghadap ke atas, kemudian tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun aku tak beralas saat melewatinya.” (Hal. 22)
§  Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati.
Dalam novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut :
“Menuju ke tempat rumah kardus ini kami dulu berdiri kokoh dihajar derasnya huja, ditimpa terik matahari.” (Hal. 231)
“Hujan deras turun telah membungkus kota ini” (Hal. 13)
§  Asosiasi
Gaya bahasa asosiasi adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tapi dianggap sama.
Dalam novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut :
“Mobil beringsut seperti keong” (Hal. 65)
H.    Amanat    :
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca berupa nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan.
Sedangkan amanat yang terkandung dalam novel ini adalah :
§  Tidak semua yang kita inginkan dapat tercapai jadi kita tidak boleh memaksakan kehendak.
§  Kita tidak boleh menyerah begitu saja dengan apa yang kita inginkan, percayalah apa yang kita lakukan pasti ada manfaatnya.
§  Segala sesuatu sudah ada yang mengatur, yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha dan berdoa agar semua menjadi baik.
§  Setiap manusia pasti pernah merasakan kehilangan dan itu sangat menyakitkan, cara satu-satunya adalah mengikhlaskan.
§  Cinta tak dapat datang dan pergi begitu saja, tetapi memberikan pelajaran bagi kita untuk bagaimana mempertahankan.
§  Apapun yang kita alami, jangan pernah menyalahkan keadaan.



UNSUR EKSTRINSIK
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra yang dapat dijadikan pembentuk sebuah karya sastra. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam novel ini adalah :
A.    Biografi Pengarang
Biografi pengarang pada unur ekstrinsik adalah hal-hal yang menyangkut asal-usul dari pengarang, karena unsur ini berpengaruh pada isi dari novel pengarang tersebut.
Berikut adalah biografi tentang penulis :  
Tere Liye, lahir di Sumatera Selatan, 21 Mei 1979. Tere Liye adalah orang yang cukup misterius. Kisah hidupnya tidak terlalu banyak diekspos. Hal tersebut sepertinya memang sengaja dilakukan untuk menjaga kehidupan pribadinya. Ia tidak gemar tampil di layar kaca dan melakukan upaya eksistensi dengan membuat sensasi yang kerap dilakukan oleh para publik figur lainnya. Sosoknya yang sederhana memukau banyak orang. Ia dikagumi oleh para pecinta novel karena gaya khasnya dalam menyampaikan sebuah kisah sangat mudah dipahami dengan bahasa yang mudah diterima. Meskipun dinobatkan sebagai penulis terkenal dengan buku-buku yang best seller namun ia tidak memanfaatkannya untuk sekedar mencari popularitas.
Beberapa karyanya yang pernah diangkat ke layar kaca yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah. Meskipun dia bisa meraih keberhasilan dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis cerita sekedar menjadi hobinya saja karena setiap hari harus bekerja di kantor sebagai seorang akuntan.Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979 dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera.Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar hingga menuju pendidikan menengah di SDN 2 dan SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian, ia melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah selesai di Bandar Lampung, ia meneruskan studinya ke Universitas Indonesia dengan mengambil Fakultas Ekonomi.
Sebenarya Tere Liye adalah bukan nama asli. melainkan hanya nama pena yang selalu disematkan dalam setiap novelnya. Nama aslinya diketahui dengan panggilan Darwis. Nama Tere Liye berasal dari bahasa India yang berarti “untukmu”.
B.     Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh kepada hasil novel tersebut. Terre Liye lebih menyukai cara mengutarakan perasaan dengan cara menulis, sehingga Terre liye jarang tampil di depan public. Terre Liye terbiasa menulis novel tentang percintaan dengan gaya bahasa yang  mudah dipahami. Dalam novel ini Terre Liye kembali menceritakan tentang kisah percintaan.
C.    Nilai-nilai dalam cerita
Dalam sebuah karya sastra, terkandung nilai-nilai yang disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai itu antara lain :
§  Nilai moral.
Nilai moal memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya.
seperti dalam novel, tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya. Hal tersebut terbukti pada kutipan “Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.” (Hal. 31)
§  Nilai Sosial.
Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak. Macam-macam nilai moral dalam cerita adalah nilai moral baik dan nilai moral buruk.
Dalam novel ini, nilai tersebut terbukti pada kutipan besok pagi-pagi ibu akan menggantikan perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci” (Hal. 24)

§  Nilai Budaya.
Yaitu konsep masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia ( misalnya adat istiadat ,kesenian, kepercayaan, upacara adat ).
Dalam novel ini, nilai tersebut terbukti pada kutipan Saat kami akan turun dia memberikan kami selembar uang sepuluh ribuan” (Hal. 24)
§  Nilai pendidikan.
Nilai pendidikan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan dalam novel tersebut. Dalam novel ini, Tania yang bersemangat kembali sekolah, hingga dia didukung penuh oleh Danar untuk melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di Singapura, kemudian dilanjutkan Sekolah Menengah Atas, hingga kuliah. Nilai yang dicapainya memuaskan.





KELEMAHAN DAN KELEBIHAN NOVEL
A.    Kelebihan Buku            :
§  Isi dari buku tersebut membawa pembaca pada suasana sesungguhnya, pada perasaan yang dialami si tokoh utama.
§  Penulisan nya menarik dengan menambahkan beberapa teks percakapan melalui Chating antara tokoh utama dan tokoh lainnya.
§  Terkesan humor dan romantis.
§  Menguras perasaan pembaca untuk ikut merasakan jadi tokoh utama.
§  Gaya bahasanya bagus dan sangat mudah dipahami. Bahasanya yang indah untuk didengar dan sangat puitis sehingga si pembaca sangat nyaman dan senang dalam membaca novel tersebut
B.   Kekurangan Buku:
§  Alur yang terlalu berputar-putar membuat pembaca harus benar-benar fokus pada awal cerita.
§  Cerita yang kurang masuk akal, dengan si tokoh utama yang jatuh cinta pada lelaki yang jauh lebih dewasa.
§  Cerita seorang anak kecil berumur sebelas tahun namun harusnya tidak dibaca pada anak seumurannya, karena dalam kehidupan nyata sangat jarang sekali gadis kecil jatuh cinta pada laki-laki berumur 25 tahun.
§  Ada beberapa istilah yang sulit dimengerti
§  Mengenai EYD :
-         Pada halaman 19 kutipan “Dia menatapku dengan pandangan itu.” Seharunya kata ‘itu’ tidak miring.
-         Pada halaman 59 paragraf 6 seharusnya tidak terlalu banyak menggunakan titik.
-         Pada halaman 233 kutipan “Seseorang yang kukagumi, memesona.” Kata ‘memesona’ itu seharunya ‘mempesona’.
-         Pada halaman 249 kutipan ‘dedetakmengerti’ seharusnya pakai spasi seperti ini ‘Dede tak mengerti’.