GLOBAL WARMING
( BENCANA LINGKUNGAN GLOBAL )
HALAMAN PENGESAHAN
Setelah kami membaca dan meneliti dengan cermat, maka karya tulis yang
berjudul “Global Warming, Bencana Lingkungan Global” untuk mengetahui bahaya
dan akibat dari Global Warming yang telah memenuhi syarat dalam tugas pembuatan
karya tulis pada kelas IX-B semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, yang disusun
oleh :
Ø Dimas Anggoro G. P. {09}
Ø Lina Nur A. {16}
Ø M. Satya Nugraha R. {21}
Ø M. Habbib {22}
Ø Tyas Nafi’atin {32}
Ø Windira Nur J. {33}
Ø Zholla Aswo B. {35}
Telah disahkan dan disetujui oleh
:
Kepala Sekolah
RMP. Hariyo Wahyono,S.Pd.
NIP : 19650402 198901 1006
Guru Pembimbing
H. Fatkhur Rohman,S.Pd.
NIP : 19620629 1983302 1003
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami
panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunianyalah, karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemanasan Global” dapat
terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam
penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik.
Kami
sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul…………………………….……………………….……….…………….....
Halaman Pengesahan….……………………..………….………….…….………………
Kata Pengantar…………....……………………………………….……….……………….
Daftar Isi………………………………….…………………………….…….………………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang………………………………...…………......….....................................
1.2
Rumusan Masalah…………………………………...………..……................................
1.3
Tujuan Penulisan…………………………………..………..……….................................
1.4
Manfaat Penelitian………………………….………..………..……...............................
1.5
Metode Pengumpulan Data……………………………………………........................
BAB II PEMBAHASAN
1
Pengertian Pemanasan Global…….………………….………...……….……………..
2
Penyebab Utama Pemanasan Global……………..….………………..…….………..
3
Dampak Pemanasan Global……………………….…….………………………………
4
Pengendalian Pemanasan Global…………………….……..…………………………
5
Mengukur Pemanasan Global……………………….…….…………………………….
BAB III PENUTUP
1
Kesimpulan……………………………………………………………………………………
2
Saran………………………...…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Karya
tulis dengan judul Pemanasan Global ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar bahaya yang mengancam akibat global warming ini. Banyak sekali
orang-orang yang melakukan hal yang menyebabkan global warming, entah mereka
tidak tahu, atau mereka tahu tetapi dibiarkan saja. Karena itu penulis membuat
karya tulis ini dengan tujuan mengingatkan bahaya pemanasan global yang boleh
dibilang tidak lama lagi akan mencapai puncaknya.
Menurut
penulis, pemanasan global sudah cukup parah untuk saat ini, dan akan
memperparah jika tidak ada usaha untuk diperlambat. Sedangkan kenyataannya kita
sekarang malah memperparah keaadaan dengan cara seperti menambah jumlah emisi
gas kendaraan bermotor yang mengeluarkan banyak CO2, memakai hairspray yang
mengandung aerosol, dsb.
Harapan
penulis, pemanasan global bisa dicegah se-maksimal mungkin dengan cara, salah
satunya mungkin kita semua bisa mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dan
lebih memilih memakai sepeda, karena selain berolahraga, menggunakan sepeda
juga tidak menyebabkan pemanasan global. Tetapi pada kenyataannya, hal seperti
itu sangat sulit untuk diwujudkan. Mengingat keegoisan kita sendiri yang
mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing, misalnya tidak mau
berkeringat saat sampai di sekolah, atau bisa kepanasan saat dijalan, malah ada
juga yang mungkin berpikiran nanti tatanan rambutnya rusak jika naik sepeda.
Oleh karena itu mungkin kita harus berpikir dalam-dalam dan berusaha
se-maksimal mungkin untuk memperlambat pemanasan global, dengan cara yang tidak
terlalu rumit, tetapi berarti untuk bumi.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul
masalah:
1. Apakah
pemanasan global itu?
2. Apakah
bahaya dan pengaruh pemanasan global itu?
3.
Bagaimana cara mengendalikan pemanasan global?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar kita mengetahui apa itu pemanasan global
2. Agar kita dapat mengetahui bahaya dan pengaruh
akibat terjadinya pemanasan global.
3. Kita sebagai manusia yang masih membutuhkan
bumi ini dapat berpikir keras cara memperlambat pemanasan global dan mengatasi
kerusakan parah akibat pemanasan global.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Agar kita sebagai siswa terpelajar bisa mengatasi dan mengetahui pemanasan
global dan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
2. Bagi masyarakat
Kita
sebagai masyarakat Indonesia bisa mengetahui apa itu pemanasan gelobal dan bisa
menanggulangi bagaimana cara untuk menangani dan mencegah pemanasan gelobal.
Sehingga kita tidak mendapat kan kerugian dari pemanasan gelobal.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Penulis
memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis melakukan
kajian pustaka, membagikan kuisioner,dan melakukan browsing internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan
global adalah adanya proses peningkatan suhu
rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan Bumi. Suhu
rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama
seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas
rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek
rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan
ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan
tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model
iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan
2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang,
serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar
penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas
panas dari lautan.
Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser, dan
punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa
hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik
di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi
atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di
dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol
Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
2.2. Penyebab Utama Pemanasan Global
1. Efek rumah
kaca
Segala
sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya
tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari
cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai
radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer,
semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Sebenarnya,
efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur
rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59
°F) dengan efek rumah kaca[3]
(tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan
Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di
atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
2. Efek umpan balik
Efek-efek
dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan
balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada
kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan
pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut
dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air.
3. Radiasi Matahari
Terdapat
hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan
saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer
bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,[8] yang
tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan
saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun
1970-an.) Fenomena radiasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga
tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[9][10]
Ada beberapa
hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar
25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek
gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga
telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan
dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,
sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
2.3. Dampak Pemanasan Global
Para
ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model
tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak
pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian,
kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Cuaca
Para
ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah
hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut
malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini
disebabkan karena uap air merupakan gas rumah
kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Badai akan
menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan
bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih
ekstrim.
2. Tinggi muka laut
Perubahan
tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil
secara geologi. Saat atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan
laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang
lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC
memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5
persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan
sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area
perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi
sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Pertanian
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih
tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim
dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak
bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Hewan dan tumbuhan
Hewan dan
tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya
menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang
terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
5. Kesehatan manusia
Di dunia
yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena
penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan
hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat
berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen
penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk
pembawa parasit malaria;
persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat.
Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam
dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para
ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan
penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.
2.4 Pengendalian Pemanasan Global
Konsumsi
total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar
1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan
saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan.
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan
langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan
yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang
lebih dingin.
Ada dua pendekatan
utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah
karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen
karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang
paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih
banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap
karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan
menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah
mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh
kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk
kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah
tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang
berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas
karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk
mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery).
Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti
dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di
salah satu anjungan pengeboran lepas
pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam
ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke
permukaan.
Salah
satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Pada
abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi.
Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak
langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena
gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak
apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi
terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan
karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan
keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbondioksida
sama sekali.
2. Persetujuan
internasional
Kerjasama
internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di
tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de
Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan
setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat.
Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal
dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian
ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri
yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk
memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990.
Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika
Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius,
menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang
menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6
persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara
berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
2.5 Mengukur Pemanasan Global
Pada awal
1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah
komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini
dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program
penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel
atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbondioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para
ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global
semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang
tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang
satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh
data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi
data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuaca pada
awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur
akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan
juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data
diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan),
serta dari satelit.
Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen
permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini
menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar
terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun
terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga
tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling
panas.
Dalam
laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat
0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa
pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah
gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur
rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100.
Akibatnya,
akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa
perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia
akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Pemanasan
global yang terjadi saat ini adalah akibat dari perbuatan kita sendiri. Sebagai
manusia kita tidak dapat menjaga dengan baik tempat dimana kita hidup. Jika
kita tidak sadar akan dampak yang terjadi nanti, maka kehidupan di Bumi ini
akan terancam. Untuk mengatasinya, telah dilakukan beberapa penangulangan.
Penanggulangan ini akan efektif bila semua pihak turut serta untuk
melakukannya.
3.2 Saran
Seperti
yang kita tahu, sampai saat ini tidak ada yang bisa mencegah pemanasan global,
tetapi kita sebagai generasi muda harus berusaha untuk mengurangi jalannya
pemanasan global. Dengan hal yang sangat kecil saja, seperti selalu menggunakan
kertas di kedua sisinya, matikan keran saat menggosok gigi, menggunakan kembali
amplop bekas, gunakan baterai isi ulang, dll.
No comments:
Post a Comment