BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring
dengan berkembangnya zaman dan semakin majunya peradaban, maka semakin banyak
munculnya teknologi yang memberi kemudahan kepada manusia. Kemudahan inilah
yang sering memberi makna yang beragam sehingga kadang kala banyak penafsiran
yang salah. Sebagian dari kaum muslim ada yang sangat antipati terhadap
kemajuan teknologi yang berkembang karena alasan agama tidak menyukai adanya
teknologi yang berkembang sehingga menyebabkan lunturnya iman.
Pemahaman
yang beragam inilah yang perlu dibenarkan. Sejatinya agama apapun termasuk
islam tidak pernah melarang adanya perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
menjadikan teknologi yang semakin berkembang. Berkembangnya teknologi justru
memberikan manfaat yang banyak dan sebagai sarana untuk semakin mendekatkan
diri kepada Allah. Pandangan yang antipati terhadap kemajuan ilmu pengetahuan
perlu diluruskan kembali dengan pemahaman yang lebih komprehensif.
Untuk
itulah maka dalam makalah ini diberikan penjelasan mengenai integrasi ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan islam. Diharapkan dengan adanya pemahaman ini maka tidak
ada kesalah pahaman dalam memaknai islam sebagai agama yang mendorong
berkembangnya ilmu pengetahuan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian integrasi
?
2. Bagaimana pentingnya
integrasi IPTEK dan Islam ?
3. Bagaimana
pandangan Islam tentang IPTEK ?
4. Apa manfaat
IPTEK untuk Islam ?
1.3
Tujuan
1. Dapat mengetahui
pengertian dari integrasi
2. Dapat mengetahui
pentingnya integrasi IPTEK dan islam
3. Dapat mengetahui
pandangan Islam tentang IPTEK
4. Dapat mengetahui manfaat IPTEK
untuk Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Integrasi
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Kata “integrasi” berasal dari bahasa latin
integer, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu,
integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh
atau bulat.
Integrasi
juga berasal dari bahasa inggris “Integration” yang berarti kesempurnaan
keseluruhan. Definisi lain dari integrasi ialah suatu keadaan dimana kelompok-kelompok
etnik beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Dari
dua pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Integrasi mempunyai
dua pengertian, yaitu :
1) Pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan dalam suatu sistem tertentu
2) Membuat keseluruhan
dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Pengertian
integrasi sains dengan islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai
profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di
bidang tertentu disertai atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan
tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu
keislaman.Oleh sebab itu, ilmu-ilmu islam dan kepribadian merupakan dua aspek
yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah
pondasi bagi pengembangan sains dan teknologi.
2.2
Pentingnya Integrasi IPTEK dan Islam
Sepanjang
yang diketahui, belum ada agama apapun yang mampu melampaui dalamnya pandangan
terhadap ilmu pengetahuan sebagaimana pandangan yang diberikan islam. Islam
sangat gigih dalam mendorong umat manusia untuk mencari ilmu dan mendudukannya
sebagai sesuatu yang mulia.
Dalam
agama islam, imu pengetahuan, teknologi terdapat hubungan yang harmonis dan
dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut Dinul Islam. Didalamnya
ada tiga unsur pokok yaitu iman, islam, dan amal sholeh. Allah berfirman : “Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon
itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS.
Al-Ibrahim : 24-25)
Salah
satu tujuan islam ialah untuk memberi tuntunan sehingga manusia dapat
meningkatkan taraf hidup yang modern dan lebih maju. Islam tidak melarang untuk
memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu pengetahuan yang sifatnya menuju
modernisasi pemikiran manusia genius, profesional, dan konstruktif, serta
aspiratif terhadap permasalahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Peradaban
modern adalah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang gemilang telah
dicapai oleh manusia setelah diadakan penelitian yang tekun dan eksperimen yang
mahal yang telah dilakukan selama berabad-abad. Maka sudah sepantasnya kalau
kemudian manusia menggunakan penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf
hidupnya. Kemajuan teknologi secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat
luas dengan cara yang belum pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala.
Tampaknya manusia di masa depan akan mencapai taraf kemakmuran yang lebih
tinggi dan memperoleh kemudahan-kemudahan yang lebih banyak lagi.
Agama
Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga tidak anti
terhadap barang-barang produk teknologi baik di zaman lampau, di masa sekarang
maupun di waktu-waktu yang akan datang. Demikian pula ajaran Islam tidak akan
bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus dan
analisa-analisa yang teliti dan obyektif.
Ayat
diatas menggambarkan keutuhan iman, ilmu, dan amal dengan sebuah pohon yang
akarnya menghujam ke bumi, batangnya menjulang tinggi, mengeluarkan buah ditiap
musimnya atas izin Allah. Disini diungkapkan iman sebagai akarnya, imu sebagai
batang yang pada akhirnya akhlak yang
diumpamakan sebagai buahnya.
Berkaitan
dengan hal ini, disini akan dikemukakan beberapa contoh saja, yang
memperlihatkan bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan saling membutuhkan, dan
tidak bertantangan. Diantaranya ialah sebagai berikut :
Pertama,
agama menyuruh manusia berpikir, menggunakan akal pikiran dan segenap potensi
lainnya yang dimiliki.
Kedua,
di dalam wahyu terdapat perintah Allah untuk melaksanakan ibadah, mengolah alam
dalam rangka pelaksanaan fungsi sebagai khalifah di bumi dan lain sebagainya.
Untuk melaksanakan semua itu jelas sekali memerlukan agama. Dengan kata
lain perintah mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam islam terintegrasi dengan perintah melaksanakan ibadah dan
lainnya.
Ketiga,
agama berisikan tentang moralitas akhlak mulia. Agama juga menjelaskan
bagaimana seharusnya berusaha dan berbuat baik di dunia ini. Semuanya hanya
bisa dijawab oleh agama. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang menawarkan
barbagai kemudahan tidak tahu tujuan apa yang harus dicapai. Agamalah yang
memberika landasan dan arah bagi penggunaan dan pemanfaatan ilu pengetahuan dan
teknologi tersebut.
Keempat,
agama berfungsi membenarkan, melengkapidan mengoreksi terhadap berbagai temuan
dalam bidang ilmu pengetahuan. Denganm demikian antara agama dan ilmu
pengetahuan dalam pandangan islam bukan untuk dipertentangkan melainkan untuk
saling melengkapi dengan catatan harus bertolak dari keyakinan dan realitas
yang objektif bahwa imu pengetahuan sifatnya terbatas.
Kelima,
agama berbicara tentang kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kehidupan di
dunia harus menjadi media untuk menuju kebahagiaan di akhirat. Karena itu
kehidupan duniawi yang memerlukan dukungan ilmu pengetahuan agama itu
membuthkan bimbingan agama.
2.3
Pandangan Islam tentang IPTEK
Negara-negara
yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara
berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah
atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena
nyatanya kaum Muslim banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan
harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi
hamba dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu
saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti
Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media
komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular
kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.
Kenyataan
memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah
dan peradaban dan Ipteks Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di
negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin
kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya).
Bila
ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta
ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap
ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip
pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau
paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan
modern tersebut.
Islam
sangat memotivasi umatnya untuk memfungsikan akal dan rasa secara seimbang.
Sesungguhnya tidak ada dikotomi iman dan ilmu pengetahuan dalam Islam karena
keduanya merupakan dua materi yang saling mendukung satu sama lain. Menuntut
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan kewajiban bagi setiap
muslim, dan muslim yang beriman akan menjalankan kewajiban yang diperintahkan
Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah antara iman dan ilmu tidak
dapat dipisahkan dalam Islam.Bahkan perintah Allah SWT yang pertama kepada umat
Islam melalui rasul-Nya adalah perintah untuk menuntut ilmu.
Ketika
Al-Quran diturunkan ilmu pengetahuan telah berkembang diberbagai belahan dunia.
Pada saat islam datang fisafat Yunani sudah tidak berkembang lagi di Athena,
melainkan di negara Timur Tengah. Selain itu filsafat Yunani juga dipengaruhi
oleh pandangan mitologi Yunani yang bersifat spekulatif. Islam mencoba
menganalisis faktor penyebab utama terjadinya keadaan tersebut. Pilihannya
ialah bahwa faktor penyebab utama terjadinya keadaan yang demikian adalah
karena tidak berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai akibat kurangnya perhatian
terhadap pendidikan.
Pandangan
Al-Quran tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari
analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5)
Iqra’
terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka
makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak
menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca
apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk
kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri
sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang
tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala
sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Pengulangan
perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan sekadar menunjukkan bahwa
kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang-ulang bacaan atau
membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan. Tetapi
hal itu untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan bismi Rabbik (demi
Allah] akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru, walaupun yang dibaca
masih itu-itu juga. Demikian pesan yang dikandung Iqra’ wa rabbukal akram
(Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah).
Selanjutnya,
dari wahyu pertama Al-Quran diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan
pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui
manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum
diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau atas dasar usaha
manusia. Cara kedua dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun
berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.
Setiap
pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum subjek dituntut peranannya
untuk memahami objek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang
memperkenalkan diri kepada subjek tanpa usaha sang subjek. Misalnya komet
Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiap 76 tahun. Pada kasus ini,
walaupun para astronom menyiapkan diri dengan peralatan mutakhirnya untuk
mengamati dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan adalah kehadiran
komet itu dalam memperkenalkan diri.
Wahyu,
ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau
apa yang diduga sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun,
semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat
dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajaran tanpa qalam yang
ditegaskan oleh wahyu pertama Al-Quran tersebut.
2.4
Manfaat IPTEK bagi Islam
Sudah
seharusnya kita sebagai Umat Islam senantiasa men-taddaburi ayata-ayat-Nya,
baik yang qouliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan
ilmu-Nya,serta dorongan/ motivasi untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya.
“Hai
jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan.” (QS. Ar-Rahman :33)
Dengan
ayat ini manusia akan mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi
yang besar. Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus
mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al Qur’an yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah SWT telah
menciptakan alam beserta isi dan sistemnya
dan juga telah mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al
Qur’an, akan melahirkan kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan
ciptaan-Nya.
Penerapan
sains yang benar dan tepat sasaran yang dilandasi oleh nilai Islam sebagai
agama “Rahmatan lil alamin” sudah pasti memberikan kemakmuran dan kesejahteraan
serta mengangkat harkat dan martabat manusia lebih baik dan tinggi disisi
Allah. Karena dalam Islam orang yang berilmu dan menggunakan ilmunya di jalan
Allah untuk kemaslahatan umat manusia oleh Allah akan diangkat derajatnya lebih
tinggi dari mereka yang tidak berilmu, karena dapat memberikan manfaat bagi
orang lain.
Tetapi
sebaliknya penguasaan dan penerapan yang salah dan tidak dilandasi oleh nilai
nilai agama, kata Allah tunggulah giliran kehancuran.
Al-Quran menjebut
gejala-gejala alam sebagai tanda-tanda Tuhan dan menganjurkan kajian atas
berbagai gejala alam sebagai jalan untuk menyembah Allah. Arti secara mendalam
sebenarnya tafakur sesungguhnya adalah bukan sekedar mengagumi dan berdiam diri
seperti orang menyaksikan suatu pemandangan yang sangat indah dan cantik,
tetapi dibalik itu terkadung makna tindakan selanjutnya mempelajari sampai
menemukan suatu bentuk sains maupun teknologi. Hal yang sama di sampaikan Allah
dalam surat al-‘Alaq manusia diperintahkan membaca dan meneliti dan menulis
(mengembangkan sains dan teknologi).
Dalam
pandangan Al Qur’an umat manusia harus memiliki ilmu (sains) untuk memaknai
penciptaan Allah. Panca indera tidak cukup untuk memperoleh informasi yang
ditulis dalam Al Qur’an atau yang dimaksud Allah SWT kalau tidak memiliki
kompetensi khusus. Oleh sebab itu dalam Islam menuntut ilmu adalah kewajiban
manusia untuk mengisi kehidupan duniawi dan akhirat. Iman tanpa sains akan
buta, karena sains itu adalah matanya iman yang dapat melihat tanda-tanda
kebesaran Allah, sebaliknya sains tanpa iman akan biadap, karena iman akan
menuntun manusia kepada hal-hal yang baik yang diridhoi Allah SWT.
Oleh
karena itu pemikir dan intelektual Islam harus berani dan terus menerus
menyampaikan bahwa keserasian islam dengan sains dan teknologi bukan hanya
sekedar pertukaran bebas ide ide (dialog intelektual) dan memperjuangkan untuk
menyebarkan Islam dan mempertahankan tuduhan-tuduhan barat sebagai
fundamentalisme yang tidak mengenal kompromi dan keterbelakangan. Kemajuan
teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi
kehidupan manusia, memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan
aktivitas manusia.
Khusus
dalam bidang teknologi, masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang telah
dihasilkan dalam dekade terakhir ini.Contoh termudah adalah dampak positif dari
berkembangnya iptek di bidang teknologi komunikasi dan informasi.
Perkembangan
teknologi akhir-akhir ini, menjadikan dunia yang amat luas di era globalisasi
ini menjadi sempit, mengecil, dan terbatas. Perubahan ini tentu saja berdampak
positif dan negatif bagi kelangsungan hidup seorang muslim. Dampak negatif dari
perubahan dan pergeseran zaman mampu mengguncang, menggeser, dan mengikis habis
nilai-nilai moral dan iman. Bahkan, lebih jauh dari itu dapat menghancurkan
masa depan dan peradaban manusia.
Oleh karena itu,
seorang muslim harus membentengi diri dengan keimanan dan keislaman yang kuat.
Tanpa iman yang kokoh kehidupan seorang muslim akan terombang-ambing dan bisa
berujung pada kehancuran. Iman adalah pelita, yang menjadi penerang dan petunjuk
pada jalan yang lurus.
Di
antara manfaat‑manfaat teknologi tersebut adalah :
1) Memperoleh Kemudahan
Kemampuan
fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat terbatas. Pandangan
mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula kekuatan dan
keterampilan tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu tidak sebanding
dengan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai khalifah Allah
diberikan kemampuan akal‑pikiran untuk memanfaatkannya menemukan cara‑cara yang
tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup yang tidak mungkin dicapai
melalui kemampuan fisik semata. Akal‑pikiran manusia mampu mendayagunakan
segala yang Allah ciptakan di bumi ini. Kemampuan itu memang telah ditentukan
oleh Allah Swt sebagaimana Allah nyatakan dalam firman‑Nya “Dan dia Telah
menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al- Jaziyah : 13)
2) Mengenal dan Mengagungkan Allah.
Apabila
manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang dikembangkannya,
bahwa sernua itu bukan semata‑mata karena faktor diri pribadi manusia, tetapi
ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan memperoleh jalan untuk
mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu Yang Maha Agung, Yang
Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah SWT.
Kesempurnaan
alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa dibayangkan akan terbentuk dengan
sempurna apabila tidak ada kesengajaan pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan
Maha Sempurna. Semakin luas dan dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam
ini, maka semakin dekat manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah,
Sang Khalik. Ketika pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia
telah diberikan contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak
takut akan runtuh.
Begitu
pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah telah
memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan stabil, mampu
mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain sebagainya.
Karena
itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah menyatakan bahwa
semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih mengenal dan mengangungkan
Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami dari berbagai ayat Al-Qur’an,
diantaranya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana
ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?. Maka berilah peringatan,
Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS.
Al-Gashiyah : 17-21)
3) Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Allah
Manusia
diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada‑Nya. Demikian dinyatakan
oleh Allah dalam firman-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Al-Dzariyat : 56)
Seluruh
aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan sebagai pelaksanaan pengabdian
kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada Allah di sini adalah
pengabdian dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas, yang memenuhi kriteria (1)
diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2) dilakukan dengan mengikuti ketentuan
yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang telah ditentukan tata
caranya maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan yang bermanfaat yang
sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan Allah; dan (3)
dimaksudkan untuk memperoleh ridha Allah.
Teknologi
apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks tugas pengabdian
manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu meningkatkan kualitas
pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah produk teknologi yang
dimanfaatkan oleh umat Islam setiap hari untukl mengetahui waktu-waktu shalat
sehingga umat Islam dapat menunaikan ibadah shalat tepat pada waktunya, begitu
pula kompas dimanfaatkan untuk mengetahui arah kiblat sehingga tidak terjadi
salah arah dalam shalat. Dalam hal produk teknologi pangan, dengan banyaknya
produk makanan yang beredar di masyarakat, kita mampu mengetahui
komponen‑komponen yang dipergunakan sebagai bahan, proses pembuatannya,
sehingga kita dapat mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi itu halal atau
haram, begitu pula dengan produk‑produk teknologi lainnya.
4) Memperoleh Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup
Kemudahan‑kemudahan
yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi membuat manusia dapat
memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta tetap dalam koridor
kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai Allah. Allah tidak
menghendaki manusia hidup susah, tetapi sebaliknya Allah menghendaki manusia
hidup senang, hidup bahagia. Ketika Allah menempatkan Adam dan istrinya di
bumi, Allah berfirman: “ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan
kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah : 36).
Untuk
memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup yang disediakan oleh Allah itu,
manusia diberikan sarana kebutuhan yang serba lengkap di bumi, sebagaimana
Allah nyatakan: “Dia-lah Alah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu sekalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah : 29)
5) Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan
Alam
Teknologi
meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan alam tersebut
secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki kekayaan alam memadai
tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup lebih sejahtera
dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi
teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya, adalah sebuah negara kecil, yang
miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan teknologinya tinggi, ia lebih kaya
dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah tetapi tertinggal
kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak negara di dunia
ini yang kaya seperti Jepang dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Eksplorasi
kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak terkontrol sehingga
berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan kerusakan alam,
terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan mengakibatkan
timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir, pencemaran lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam
firman Allah: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS.
Ar-Rum : 41).
6) Menumbuhkan Rasa Syukur Kepada Allah.
Bagi
orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal yang
diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada‑Nya sebagai
pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu melipat‑gandakan
nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada‑Nya pun juga akan berlipat ganda.
Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah mengucapkan “alhamdulillahi
rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang sebenarnya adalah memanfaatkan
nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah. Karena
itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk mewujudkan rasa syukur dalam amal
kehidupan secara riil. Allah mengingatkan:
Aritnya : “Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS.
Ibrahim : 7)
Teknologi
membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin ringan beban hidup
yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa diperoleh. Kemudahan,
keringanan, dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat manusia semakin lupa
kepada Allah, semakin jauh dari-Nya, apabila tidak disikapi secara cermat dan
diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi
harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya terarah untuk meningkatkan
kualitas takwanya kepada Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kemajuan
teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan
banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat tergambar
dalam keutuhan inti ajarannya. Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan tanggung
jawab moral para ilmuwan dalam rangka menyelamatkan peradaban manusia.
Islamisasi tersebut mencakup integrasi IPTEK (ilmu umum) dengan ilmu agama.
Masalah integrasi ini bukan mengadakan sebuah kenyataan melainkan sebagai
sebuah kenyataan dan sekaligus tuntutan Integrasi Islam dan IPTEK mengharuskan
seseorang untuk memahami prinsip-prinsip umum yang ada padaa kedua bidang ilmu
tersebut sambil mengembangkan keahlian pada bidang ilu tertentu sesuai dengan
bakat dan minat masing-masing. Ilmu bagaikan batang dan dahan pohon itu yang
mengeluarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sedangkan
amal ibarat buah dari pohon. Ipteks yang dikembangkan diatas nilai-nilai iman
dan takwa akan menghasilkan amal sholeh bukan kerusakan Islam.